Evolusi Gerakan Politik Islam Dari Radikal Menjadi Insklusif!

Oleh: Rafidatul Jannah
(Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar dan Ketua Bidang Pembinaan Kader KAMMI Makassar)

LENTERA.PRESS – Gerakan politik Islam mencakup berbagai gerakan, partai politik, dan organisasi yang memiliki dasar-dasar agama Islam sebagai landasan ideologis dan pandangan politik mereka. Latar belakang gerakan politik Islam dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-20, ketika pemimpin seperti Jamaluddin al-Afghani memperjuangkan peningkatan kesadaran keagamaan dan politik di dunia Islam.

Pada tahun 1928, Hasan al-Banna mendirikan Ikhwan al-Muslimin (The Muslim Brotherhood) di Mesir, yang menjadi salah satu gerakan politik Islam paling signifikan dalam sejarah modern. Gerakan politik Islam sering kali muncul sebagai respons terhadap kolonialisme, modernisasi dan sekularisasi yang diperkenalkan di negara-negara mayoritas Muslim.

Secara makro, eksistensi Islam politik dalam pembangunan politik bangsa tidak dapat dikesampingkan sebab peranan Islam dalam sejarah masyarakat di Indonesia sangat besar. Islam merupakan kekuatan historis yang cukup besar dalam dinamika sejarah. Sejak penyebaran agama Islam di Indonesia, agama memainkan peranan yang sangat penting terhadap perpolitikan Indonesia.

Selama sejarahnya, gerakan politik Islam telah mengalami perkembangan dan variasi yang signifikan di berbagai negara seperti Iran dengan Revolusi Islam, di mana Ayatollah Khomeini memimpin penumbangan rezim Shah pada tahun 1979, serta di negara-negara Arab seperti Turki, Mesir, dan Pakistan.

Penting untuk dicatat bahwa gerakan politik Islam memiliki diversitas ideologis dan metode taktis. Beberapa fokus pada usaha dakwah dan kesejahteraan sosial, sementara yang lain mengutamakan konfrontasi politik dan perlawanan terhadap rezim otoriter. Gerakan politik Islam masih memainkan peran yang signifikan dalam politik modern di banyak negara mayoritas Muslim.

Umat Islam semenjak abad XV H telah mengproklamirkan program dan gerakan “Abad Kebangkitan Islam”. Hal ini bisa dilihat, dengan semakin meningkatnya seminar, diskusi, serta kuliah-kuliah keIslaman, kebangkitan dunia kampus terhadap nilai-nilai Islam hingga meningkatnya aktiviti gerakan (politik) Islam di sejumlah negara.

Sebagian di antaranya bahkan berhasil mencapai matlumatnya (kekuasaan) dan “mengislamkan” sistem pemerintahan, yakni kaum Mullah di Iran, NIF di Sudan, Taliban di Afghanistan, dan PAS di Kelantan. Gerakan Islam (Harakah Islamiyyah) menjadi pionir dan berada pada garis hadapan menuju kebangkitan Islam.

Gerakan yang dimaksud adalah gerakan pembaharuan (tajdid) atau gerakan salafiyyah dan gerakan-gerakan politik Islam, seperti gerakan Wahabiyah Saudi Arabiyah, Ikhwanul Muslimin Mesir, Gerakan revolusi Islam (syi’ah) Iran, FIS Algeria, NIF Sudan, Hamas di Palestina dan lain-lainnya.

Gerakan (politik) Islam pada dekade ini tampak semakin meningkat aktivitasnya, khususnya di “jantung dunia Islam” yang menjadi sebab kepentingan vital oleh Barat, baik dari segi ekonomi, politik, militer, maupun ideologi dan keagamaan, yakni kawasan Timur Tengah dan dunia Arab.

  1. Ikhwanul Muslimun

Gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) Mesir dengan tokoh pendirinya Hasan Al Banna dipandang sebagai bakal militansi di desa-desa dan pelopor tumbuhnya gerakan fundamentalisme Islam zaman modern di kawasan Afrika dan Timur Tengah.

Seruan utama IM ialah kembali kepada Islam-menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup, serta mengajak kepada penepan syariat Islam dalam kehidupan nyata.

IM berusaha dengan gigih membendung arus sekulerisasi di dunia Islam. Kelahiran IM tidak lepas dari latar belakang sosiokultural dan lingkungan mesir yang juga realitas dunia Islam pada umumnya yang terpuruk sesudah Perang Dunia I (1913) dan kejatuhan Khilafah Islam (1924) serta penjajahan dunia Islam oleh Eropa.

Hal demikianlah yang menggerakkan hati Hasan al-Banna (1906-1949 M) untuk mendirikan organisasi itu pada bulan April 1928 di Ismailiyah. Instabilitasi politik, perpecahan negara, serta terabaikannya Islam dalam tahun 1927 dan merajalelanya kejumudan berfikir, khurafat, ketahyulan, dan taklid buta, semua itu mendorong al-Banna untuk menyadarkan rakyat Mesir dan dunia Islam pada umumnya akan bahaya kolonialisme British.

Hasan Al-Banna juga menyerukan umat Islam kembali kepada Al-Qur’an dalam semua aspek dan segi kehidupan serta melakukan reformasi moraliti dan sosial. Al-Banna juga menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Islam Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Ikhwanul Muslimin yang pada masa didirikan beranggotakan sebanyak seratus orang ini, pada mulanya bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Kegiatannya antara lain memberantas buta huruf, publikasi kitab agama, penerbitan koran dan majalah, pendirian pabrik, klinik kesehatan, masjid, sekolah, bahkan latihan ketenteraan, yang akhirnya pada tahun 1948, para aktivis IM turut menyertai dalam perang Arab-Israil.

Maka tidaklah menmbuat heran jika Ikhwanul Muslimin dipandang sebagai “negara dalam negara”. Sesudah Perang Dunia II, IM tampil sebagai organisasi politik yang militan dan aktif menentang pemerintahan sekuler Mesir.

Sebenarnya gerakan penentangan Islam telah mulai terjadi pada 1880-an dengan gerakan reformasi dalam Islam yaitu Salafiyah yang bertujuan untuk mengembalikan Islam seperti zaman Rasulullah S.A.W. dan zaman Khalifah ar-Rasyidin. Kemudiannya apabila Mesir dijajah oleh Inggris Raya, masyarakat Mesir telah dipengaruhi oleh peradaban Barat.

Kini Mesir pula diperintah oleh Partai Demokratik Kebangsaan yang dipimpin oleh Husni Mubarak yang mengamalkan dasar ekonomi liberal. Antara partai oposisi Islam adalah seperti: Ikhwan Muslimin; Jemaah al-Islam; dan Jihad Islam.

Ketiga-tiga pergerakan ini adalah bertujuan untuk menghapuskan sistem pemerintahan sekuler di Mesir. Pengasas Ikhwanul Muslim adalah Hassan al-Banna yang mendapat dukungan kuat terutama dari golongan berpenghasilan rendah. Ia membuka beberapa sayap perjuangan, antaranya adalah Jawala, Kataib, Jihaz al-Khusus dan Taqfir wa Hijra. Jihaz al-Khusus kemudiannya telah membunuh Perdana Menteri Mesir, Mahmud an-Nurqrashi pada 1948. Tindakan ini telah mengakibatkan pemimpin Ikhwan Muslimin dihukum mati.

Apapun yang dilakukan oleh pemerintah Mesir, semenjak Raja Faruq hingga Presiden Hosni Mubarak, tampaknya tidak akan mampu mengikis habis Ikhwanul Muslimin. Artinya, gerakan IM tidak dapat ditumpas begitu saja, sebab inti dari kekuatannya bukan terletak pada wujud formalnya, namun pada kader-kadernya yang telah terbentuk, yang boleh dikatakan bahwa IM telah menjadi darah daging dan hati mereka, tidak hanya sebagai pakaian para anggotanya. IM memang lebih mengutamakan satu bentuk generasi yang mampu membawa perubahan di kalangan masyarakat Muslim secara mendasar dan menyeluruh (kaffah).

  1. Jamaah Islamiyah

Jama’ah Islamiyyah (Kelompok Islam) alias Jami’at Islami didirikan di anak benua India-Pakistan pada tahun 1941. Pendiri dan filosof pertamanya adalah Abul A’la al-Maududi (1903-1979). Al-Maududi dikenali sebagai seorang yang mujaddid (pembaharu) besar pada abad moden dan gerakan yang didirikannya disebut sebagai gerakan Islam antara bangsa yang sangat penting, masih kuat, dan aktif.

Proses penubuhan Jama’ah Islamiyyah dimulakan dengan ajakan al-Maududi supaya para ulama dan tokoh Islam di India menghadiri persidangan di Lahore, 26 ogos 1941. Mewakili beberapa negara bahagian di India, serama 27 utusan (delegation) menyambut ajakan itu. Dalam persidangan inilah, JI didirikan dan al-Maududi terpilih sebagai pimimpinnya.

Tujuan dari JI adalah menegakkan syari’at Islam (iqamah ad-din) dalam segala segi kehidupan, termasuklah dalam hal kenegaraan (politik). Gerakan JI ini selalu berusaha dengan kuat bagi membendung berbagai bentuk aliran sekuleristis, menentang hegemoni tamadun Barat, memperbaiki akidah umat yang sudah hancur, perbaikan ekonomi umat, termasuk perbaikan sistem pemerintahan agar sesuai dengan ajaran Islam.

JI juga membantu perjuangan kaum Mujahidin Kashmir dalam memperolehi kemerdekaannya dari India. Tidak hanya di Pakistan Jama’ah Islamiyyah diyakini oleh kalangan Barat sudah merangsek ke seluruh dunia Islam, dan tidak terkecuali di Indonesia. Banyaknya kegiatan “teror” yang terjadi di Negara-negara yang mayoritas berpenduduk Islam selalu dikaitkan dengan Jama’ah Islamiyyah.

Lebih parah lagi pihak keamanan Negara setempat ikut-ikutan membasmi gerakan kelompok Islam sebagaimana yang yang dipahami oleh Amerika Serikat (barat) dengan dalih memberantas terorisme.

  1. Hizbut Tahrir

Pada perkembangannya, gerakan Islam politik yang ingin mengembalikan Khilafah Islamiyah seperti Hizbut Tahrir tidak hanya berdiri dan bergerak di Timur Tengah saja, namun kini Indonesia pun menjadi basis pergerakan dakwah Islam politiknya, bahkan untuk penyebutan organisasinya pun lebih dispesifikan lagi menjadi Hizbut Tahrir Indonesia atau sering disingkat dengan HTI.

Hizbut Tahrir menamakan dirinya sebagai partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya, Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir.

Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali. Sebagai bagian dari Hizbut Tahrir, HTI juga melakukan gerakan politik Islam untuk memperjuangkan penerapan syari’at dan penegakkan Khilafah Islamiyah secara formal dalam kehidupan negara atau pemerintah.

Gerakan ini merupakan salah satu fenomena baru dari keragaman Islam yang kini muncul secara relatif meluas di Indonesia terlebih lagi pasca era reformasi yang ditandai dengan kebebasan berpendapat. Gerak politik Islam yang berbeda dari arus besar Islam yang tidak formalistik sebagaimana ditampilkan oleh Muhammadiyah dan NU selama ini.

Misalnya Hizbut Tahrir berupaya menawarkan agar sistem khilafah yang pernah diterapkan pada masa nabi dan khulafau alrosyidin dihidupkan dan diterapkan kembali. Organisasi yang berpandangan Islam telah membatasi bentuk kekuasaan yang tunggal, yaitu pemerintah yang menjalankan hukum sesuai dengan apa yang telah diturunkan Allah SWT.

Dalam pandangan yang sama Islam juga telah menetapkan sekaligus membatasi bentuk sistem pemerintahan dengan sistem khilafah dan menjadikannya sebagai satu-satunya sistem pemerintahan bagi daulah Islami. Pasca Indonesia masuk era pembaharuan atau lebih familier disebut era reformasi, gerak Islam politik HTI semakin mendapatkan ruang gerak yang lebih luas.

Maka tidak heran jika gaung penegakkan Syariah dan Khilafah Islamiyyah kini menjadi perbincangan di Tanah Air ini, mulai dari masyarakat biasa sampai kepada elit politik. Bahkan organisasi-organisisasi besar Islam seperti NU, Muhammadiyah dan Persis juga membahas tentang konsep syariah dan khilafah yang didakwahkan HTI.

Pada kesimpulannya, evolusi gerakan politik Islam di Indonesia dan internasional menunjukkan perubahan yang signifikan dalam pendekatan dan strategi komunikasinya sepanjang waktu. Di Indonesia, gerakan politik Islam telah berkembang dari gerakan dakwah tradisional menjadi kekuatan politik yang signifikan, seperti terlihat dari berdirinya partai politik Islam seperti PKS dan PPP yang aktif dalam arena politik nasional.

Pada tingkat internasional, gerakan politik Islam telah berevolusi dari fokus pada retorika radikal menuju pendekatan yang lebih inklusif dan moderat dalam komunikasi politik mereka. Contohnya adalah gerakan politik di berbagai negara muslim yang semakin menekankan pada kerjasama lintas partai dan partisipasi politik yang demokratis.

Secara keseluruhan, evolusi gerakan politik Islam dalam hal komunikasi politik menunjukkan adaptasi mereka terhadap kompleksitas tuntutan sosial dan politik di era modern.

Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan strategi komunikasi yang lebih beragam, gerakan politik Islam berusaha untuk memperluas basis dukungan mereka serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan masyarakat luas, baik di Indonesia maupun di tingkat internasional.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *