Mendesain Kembali Model Manusia Muslim

Oleh: Agung Wahyudi

Dari rumusan “apa kehendak Allah terhadap manusia muslim” kita kemudian dapat mendesain model manusia muslim yang kita inginkan.

Ada 4 kualifikasi yang diinginkan dalam model ini berdasarkan surah Al-Ashr yang sudah kita bahas di tulisan sebelumnya: iman, amal shalih, dakwah dan sabar.

4 Kualifikasi model manusia muslim ini dapat kita kategorikan dalam 3 lapisan kehidupan pada diri manusia muslim: afiliasi, partisipasi dan kontribusi. Tiga lapis inilah yang kemudian menjadi model.

Lapis pertama, afiliasi. Yang dimaksud afiliasi di sini adalah memperbaharui kembali komitmen keislaman seorang manusia muslim. Menjadikan Islam sebagai identitas, paradigma berpikir, karakter, dan visi misi hidupnya.

Lapisan inilah yang pada tulisan sebelumnya kita sebut wilayah kesamaan semua manusia muslim.

Pada lapisan afiliasi ini dalam prosesnya kemudian, ada komitmen yang harus diperbaharui: komitmen aqidah (orientasi hidup), ibadah (cara menjalani kehidupan) dan akhlak (sikap menghadapi kehidupan).

Yang (lapisan) kedua, partisipasi. Di lapisan ini manusia muslim sudah utuh kepribadiannya dan selanjutnya siap mendistribusikan keshalihannya pada lingkungan sosialnya.

Sebagaimana bahasan pada tulisan sebelumnya, di wilayah sosial ada 3 hal yang harus dilakukan seorang manusia muslim: mendukung proyek kebaikan dan melawan proyek kerusakan, memberi manfaat kepada masyarakat, dan menjadi perekat masyarakat untuk menghindari disintegrasi atau perpecahan.

Lapisan ketiga yaitu kontribusi. Di lapisan ketiga ini manusia muslim telah menyatu dengan komunitasnya (lingkungannya). Selanjutnya ia sisa meningkatkan efektivitas dan efesiensi hidupnya.

Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menajamkan posisi dan peran di masyarakat dengan jalan mempersembahkan ‘kompetensi inti’ yang kemudian kita sebut nantinya dengan kontribusi unggulan.

Dengan tiga lapisan ini manusia muslim telah menggabungkan tiga kekuatan sekaligus yaitu kekuatan pribadi, kekuatan sosial dan profesionalismenya. Dan sekali lagi, inilah model manusia muslim. Perpaduan antara kekuatan pribadi, sosial dan profesionalisme seorang manusia muslim.

Dari sinilah model manusia muslim itu terbentuk. Mereka kuat secara pribadi karena punya arah kehidupan yang jelas juga punya mental dan karakter yang kuat.

Mereka kuat secara sosial karena punya kesadaran untuk melebur bersama masyarakat dengan ikut berpartisipasi dan berkontribusi. Dan mereka kuat dalam profesionalismenya karena bekerja pada bidang kompetisi intinya.

Hal-hal inilah yang menjadikan manusia muslim pada akhirnya selalu berorientasi pada amal, karya dan prestasi serta secara konsisten melakukan perbaikan dan pertumbuhan secara berkesinambungan. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *