Menata ulang atau merekonstruksi (membangun kembali) pemikiran kita juga mengharuskan kita memetakan segala sesuatu yang harus kita ketahui. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui semua ilmu yang kita perlukan dalam hidup, atau yang kita perlukan untuk membuat hidup menjadi lebih baik.
Ilmu pengetahuan manusia sebenarnya secara sederhana dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan objeknya. Pertama, ilmu pengetahuan yang objeknya adalah Tuhan dan kehidupan, atau ilmu-ilmuketuhanan dan ilmu-ilmu agama. Kedua, ilmu pengetahuan yang objeknya adalah alam. Ketiga, ilmu pengetahuan yang objeknya adalah manusia, atau ilmu-ilmu sosial humaniora.
Sebagian dari ilmu pengetahuan kita peroleh melalui pemberian langsung, yaitu melalui wahyu (Alquran) dan ilham. Akan tetapi, sebagiannya lagi diperoleh melalui usaha-usaha manusia dengan menggunakan kemampuan pengindraan dan penalarannya. Itulah empat sumber ilmu pengetahuan kita: wahyu, ilham, akal, dan pancaindra.
Sebagai manusia kita membutuhkan semua pengetahuan itu untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Namun, sebagai individu, kita membutuhkannya dalam kadar yang berbeda dengan manusia lainnya. Ini tergantung dari kebutuhan kita masing-masing.
Ada ilmu yang kita perlukan untuk membangun basis identitas kepribadian kita, yaitu ilmu agama. Ada ilmu yang kita butuhkan untuk membangun basis sosial atau hubungan kemanusiaan kita, yaitu ilmu-ilmu sosial humaniora. Ada juga ilmu yang kita perlukan untuk kebutuhan profesi dan mata pencaharian kita.
Oleh karena itu, agar kita bisa menggunakan ilmu pengetahuan dalam tingkatan kebutuhan hidup yang berbeda-beda, maka kita harus menyusun pengetahuan kita dalam suatu struktur yang benar. Susunan pengetahuanyang benar haruslah berbentuk piramida dalam tiga tingkatan.
Pertama, pengetahuan identitas, yaitu semua ilmu pengetahuan yang kita perlukan untuk membentuk dan membangun identitas kepribadian kita, baik yang bersumber dari agama dan sejarah, maupun ilmu pengembangan diri.
Kedua, pengetahuan kemanusiaan, yaitu semua ilmu pengetahuan yang kita perlukan untuk membangun hubungan sosial kemanusiaan kita, baik yang bersifat teoritis seperti psikologi, sosiologi, politik, dan lainnya, maupun yang bersifat terapan dan aplikatif.
Ketiga, pengetahuan spesialisasi, yaitu semua pengetahuan yang kita perlukan untuk mengembangkan basis profesi kita atau mata pencaharian kita.
Piramida pengetahuan ini akan membuat pengetahuan kita tumbuh dalam bentuk yang mengintegrasikan antara pengetahuan yang bersifat general dan pengetahuan yang bersifat spesialisasi. Yang pertama lebih berorientasi pada keluasan cakupannya, sedang yang kedua lebih berorientasi pada kedalamannya. Yang pertama orientasinya pada wawasan, sedang yang kedua lebih berorientasi pada penguasaan secara detail atau bisa kita sebut keahlian.
Agung Wahyudi, Direktur Lentera Institut dan Penulis tema-tema pengembangan diri muslim.