Tingkatan Kemampuan Berpikir!

Setelah memperbaiki susunan pengetahuan kita sebagaimana tulisan sebelumnya maka, proses rekonstruksi pemikiran juga mengharuskan kita meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kita. Maksudnya adalah kita harus dapat meningkatkan kapasitas pemikiran kita agar dapat memproduksi pikiran-pikiran yang lebih berkualitas.

Kemampuan berpikir yang kita ingin kembangkan dapat dibagi dalam dua katagori. Pertama, kemampuan berpikir yang bersifat hirarkis. Kedua, kemampuan berpikiryang bersifat dimensional.

Yang dimaksud dengan kemampuan berpikir hirarkis adalah kemampuan berpikir pada empat tingkatan secara berurutan, yaitu sebagai berikut:

Daya Serap, yaitu kemampuan untuk memahami dan mencerna sesuatu, berupa benda, peristiwa, kenyataan, pikiran, dari semua sisi secara apa adanya, benar, danobjektif.

Daya Analisis, yaitu kemampuan untuk mengurai sesuatu, berupa benda, peristiwa, kenyataan, dan pikiran yang semula utuh, lalu menjadi satuan-satuan kecil, kategori-kategori, kelompok-kelompok, serta memahami detail dari setiap satuan, kategori, atau kelompok tersebut.

Daya Konstruksi, yaitu kemampuan untukmembangun, mengintegrasi, menyatukan, danmenghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari sesuatu berupa benda, peristiwa, kenyataan, dan pikiran, menjadisatu kesatuan yang terkorelasi secara utuh.

Daya Cipta, yaitu kemampuan untuk melahirkan pikiran-pikiran baru yang murni (genuine), yang merupakan tambahan atas pikiran-pikiran yang semula sudah ada.

Misalnya, menemukan teori baru dalam disiplin ilmu tertentu yang sudah mapan, atau merupakan kreasi yang sepenuhnya baru yang belum pernah ada, yang bersifat diskontinyu, seperti menciptakan ilmu baru.

Yang kedua, kemampuan berpikir dimensional adalah kemampuan berpikir pada dua dimensi secara simetris: berpikir makro-mikro dan strategis-taktis.

Pertama, kemampuan berpikir makro-mikro, yaitu kemampuan berpikir pada dua skala yang berbeda, yang satu lebih luas atau bersifat makro, yang lainnya lebih spesifik atau bersifat mikro. Misalnya, mengubungkan masalah mikro pertelekomunikasian dengan persoalan ekonomi makro.

Kedua, kemampuan berpikir strategis-taktis, yaitu kemampuan berpikir dalam dua kualitas yang berbeda, yang satu bersifat strategis, yang lainnya bersifat taktis.

Misalnya, menyusun perencanaan strategis bisnistelekomunikasi dan menyusun langkah taktis memenangkan persaingan untuk unit bisnis seluler.

Agung Wahyudi, Direktur Lentera Institut dan Penulis tema-tema pengembangan diri muslim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *