LENTERA.PRESS, Gowa – Focal Point Eco Bhinneka Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) Elbu Bahtiar bertandang ke Desa Manimbahoi, Gowa, Sabtu 17 Mei 2025.
Di sana, ia menemui aparatur desa dan sejumlah tokoh Pemuda Desa Manimbahoi.
Elbu mengawali paparannya dengan menyampaikan maksud dan tujuan Eco Bhinnke Muhammadiyah sebagai salah satu program yang fokus pada isu krisis iklim dan dampaknya.
Program yang digaungkan bersama pemuda lintas iman itu memilih Desa Manimbahoi karena sejumlah alasan.
“Untuk mendukung keadilan iklim, kami tentu perlu melihat sejauh mana masyarakat memahami terjadinya krisis iklim,”
“Selain itu, kami ingin melihat sejauh mana masyarakat bersiap diri menghadapi bahaya dari krisis iklim,” tutur Elbu saat sambutan pertemuan di Balai Desa Manimbahoi.
Selain membuka ruang diskusi, pertemuan itu, kata Elbu, juga sebagai sarana Eco Bhinneka Muhammadiyah melakukan survei.
“Kami ingin mengumpulkan data secara langsung lewat peninjauan dan dialog guna mengetahui kondisi objektif daerah rawan bencana dan dapat dijadikan bahan kajian bersama. Setelah itu, kita sama-sama berikhtiar untuk melahirkan rekomendasi dan diberikan langsung kepada pemangku kebijakan,” papar Elbu.
Manimbahoi, Pintu Masuk Destinasi Wisata Alam
Soal pemilihan tempat, Elbu menyebut Desa Manimbahoi adalah wilayah strategis karena merupakan pintu masuk menuju Danau Tanralili, Lembah Lohe dan Gunung Bulu Baria. Disisi lain, Manimbahoi juga masuk dalam kategori wilayah rawan bencana karena titiknya yang berada di hulu Sungai Jeneberang dan kaki Gunung Bawakaraeng.
Elbu sendiri mengaku telah membaca sejumlah literatur untuk melacak rangkaian peristiwa bencana alam yang pernah terjadi di tempat itu.
“Daerah ini sangat rawan dilanda bencana. Hal ini diperkuat dengan rekam jejak sejarah bahwa di sini pernah terjadi bencana tanah longsor yang oleh pemerintah pusat mengkategorikannya sebagai bencana nasional, bahkan kala itu pernah memakan puluhan korban,” kata Elbu.
Karena itu, Elbu mengunjungi tempat itu untuk memeriksa dan melihat langsung kondisi desa. Ia juga mengulik informasi tentang kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana, terutama tanah longsor.
“Kami juga ingin mendengarkan pendapat atau aspirasi perihal kesiapsiagaan Desa Manimbahoi dalam menghadapi bencana yang bisa saja terjadi di waktu yang akan datang,” tutur dia.
Menanggapi paparan Elbu, Sekretaris Desa Manimbahoi, Saharuddin mengapresiasi kepedulian Eco Bhinneka Muhammadiyah terhadap wilayah-wilayah yang rawan bencana, termasuk Desa manimbahoi. Ia sendiri mengakui bahwa krisis iklim bisa mengakibatkan sejumlah bencana yang sewaktu-waktu mengancam hajat hidup hidup warganya.
“Krisis iklim ini sangat memprihatinkan, salah satu contohnya adalah saat ini cuaca sangat sulit diprediksi, tidak jelas kapan musim hujan dan musim kemarau. Ini adalah pertanda bahaya, kami berharap kepada Eco Bhinneka Muhammadiyah dan anak muda terutama yang hadir pada kegiatan ini untuk memikirkan solusi konkret untuk mewujudkan keadilan iklim,” kata dia.
Tak lupa, ia juga menyampaikan kesiapan pemerintah desa dalam mendukung dan memfasilitasi kebutuhan Eco Bhinneka Muhammadiyah selama beraktivitas di sana nantinya.
Pemuda Gowa Sebut Manimbahoi Tidak Siap Hadapi Bencana Alam
Di tempat yang sama, salah satu personalia Komite Pemuda Nasional Indonesia (KNPI) Kecamatan Parigi, Ainun Mutmainna menyebut masyarakat Desa Manimbahoi sangat tidak siap menghadapi bencana alam akibat krisis iklim, baik tanah longsor atau bencana lainnya.
“Jauh kata siap dan layak. Pertama, tidak ada jalur evakuasi yang jelas. Kedua, sejauh ini belum ada pelatihan kesiapsiagaan warga ketika terjadi bencana. Pernah ada pelatihan pada tahun 2022, tapi sepertinya kita membutuhkan pelatihan itu setiap tahun,” kata dia.
Sementara itu, perwakilan dari HIPMA Gowa, Fadli Mubarak menitip harap kepada Elbu dan juga pemerintah setempat agar kedepannya ada peta evakuasi dan juga tanda jalur evakuasi yang bisa digunakan warga saat terjadi bencana. “Kita tentu tidak meminta-minta, tapi kita harus mengantisipasi, hal ini penting, apalagi bagi orang tua kita sebagai kelompok rentan,” tutur dia.