Opini: Ketika Aku Menjadi Wali Kota Makassar

Oleh: Muh Imran, S.Sos,. Cand M.Sos

(Ketua Umum KAMMI Daerah Makassar 2023-2024, sekaligus, Mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar)

Di era transformasi digital yang sangat luar biasa perkembangan perlu menjadi bagian dari yang wajib dipikir oleh para pemimpin masa depan bangsa. Karena teknologi yang semakin mengubah pola kehidupan dan konsep kehidupan masyarakat maka perlu bagi calon-calon pemimpin masa depan bangsa mulai dari Eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk berpikir ide dan gagasan bertransformasi sama seperti transformasi digital dewasa ini.

Indonesia yang saat ini didominasi generasi muda secara umum atau yang dikenal sebagai Gen Milenial dan Gen Z yang melegitimasi penduduk Bangsa hari ini seperti data KPU di pemilu 2024, sekitar 55% generasi Muda di Indonesia artinya masa depan bangsa Juga ada pada pemuda 55 %. Karena mereka yang akan mengisi posisi-posisi penting pada semua aspek, sehingga suatu keharusan bagi pemerintah untuk mengelola SDM dengan baik dan berkualitas untuk menjawab trañsisi teknologi yang kemudian berdampak banyak pada aktivitas keseharian manusia sehingga tantangan adalah “Bagaimana Pemuda Melek dengan Pos-pos yang harus diisi dalam menjaga keutuhan bangsa?.”.

Sehingga Menjawab pada konteks Kota Makassar sebagai kota yang besar di Indonesia menuju PILKADA 2024, ada beberapa poin yang perlu dijawab calon pemimpin Kota Makassar. Pertama: Kesenjangan sosial Masyarakat, Kedua: Lingkungan Atau Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ketiga: pengelolaan Sampah di Kota Makassar atau TPA, Keempat: Menjawab banjir yang hampir setiap Tahun terjadi, Kelima: Memprediksi atau melihat Masa Depan Makassar bagaimana?. Lima poin diatas bagi saya merupakan hal yang perlu dijawab oleh calon wali kota Makassar sebagai bentuk legitimasi bahwa calon datang untuk merubah kehidupan masyarakat kota Makassar dengan ide dan gagasan bukan program yang tidak tepat sasaran secara manfaat.

  1. Kesenjangan Sosial Masyarakat

“Robert Chambers mengungkapkan bahwa kesenjangan sosial merupakan semua gejala yang terjadi di seluruh lapisan masyarakat. Gejala ini muncul karena adanya perbedaan keuangan atau ekonomi antara masyarakat yang berada di wilayah tertentu.”

Sehingga yang perlu dijawab “Jika saya menjadi walikota Makassar” adalah bagaimana memberikan kesejahteraan dengan standar memberikan kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan dalam rumah tangga atau setiap masyarakat yang hidup di kota makassar, sehingga memberikan keseimbangan ekonomi adalah jawabanya, bagaimana pemerintah membuat perda atau aturan untuk mengelola keuangan seperti pajak agar ekonomi menengah keatas yang memberikan subsidi kepada masyarakat ekonomi menengah kebawah agar bisa hidup dengan kebutuhan biaya rumah tangga, biaya sekolah anak atau pendidikan, dan lain-lain artinya jangan di bebankan pajak negara yang besar buat masyarakat ekonomi kebawah.

“Apabila meninjau dari Wikipedia, kesenjangan sosial merupakan semua hal yang berkaitan dengan ketimpangan dalam segi kekayaan, pendapatan, dan juga ekonomi.” 

Seiring dengan itu jelas bahwa poinnya adalah pemerataan sesuai kebutuhan dan batas kemampuan, masih pada poin pajak sebagai penghasilan negara, dengan standar ekonomi kebawa yang tetap dibebankan, pajak negara dengan kehidupan di kota Makassar yang serba-serbi dibeli dan biaya kehidupan mahal yang kemudian penghasilan tiap hari atau bulan hanya bisa menutupi kehidupan setiap hari maka akan membuat masyarakat ekonomi kebawah mengutang atau menjadi potensi alasan merampok dan mencuri karena terbebani pajak negara.

Sehingga jelas arah kebijakan yang bisa dibuat oleh walikota atau pemerintah kota membuat perda atau kebijakan berkaitan dengan itu.

  1. Lingkungan atau Ruang Terbuka Hijau (RTH)

“Sebagaimana Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Ayat (31): Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompokkan yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.”

Berdasarkan Data RTH 2020 Kota Makassar, total Luas RTH milik Pemkot dikalkulasi hanya sebesar 7,48% atau hanya sebanyak 14 km² yang terbesar dari total luasan Makassar sebesar 199,3 km² persegi.

“Ini tumbuh sangat minim jauh dibawah 1% per tahun. Kalau sesuai regulasi itu kebutuhan kita sebenarnya yang harus disediakan 30% atau 20%  untuk publik dan 10% untuk privat, nah persoalanya kita punya luas wilayah ini tidak ada, bahkan untuk sampai 200 Hektare saja tidak ada (lahan),” kata Kepala bidang RTH DLH Kota Makassar, sumber, BPK R Perwakilan Provinsi Sulawesi selatan https://sulsel.bpk.go.id/wp-content/uploads/2021/06/Potret-Suram-Layanan-Perizinan-Di-Makassar.pdf sehingga Yang perlu di jawab oleh walikota adalah bagaimana menata RTH yang dewasa ini semakin mines atau Kurang dan tidak sesuai standar.

Maka solusinya adalah bagaimana menjaga yang sudah ada di kota Makassar, dan membatasi Pembangunan yang kemudian mengorbankan lahan-lahan yang masuk sebagai pohon hidup alamiah dan di tanam agar bisa menjaga stabilitas RTH Kota Makassar, kenapa? Karena melihat kedepan Kota makassar yang kekurangan RTH akan semakin Tinggi tingkat Panas Kota makassar dan polusi karena tidak ada nya Pohon sebagai sumber penyegar udara.

  1. Pengelolaan Sampah Masyarakat Kota Makassar dan TPA (Tempat pembuangan Akhir)

Sampah di kota makassar merupakan salah satu yang paling ugent dan perlu perhatian yang besar dan khusus karena sangat berbahaya dan sangat mengganggu buah dari sampai yang terkumpul di TPA dan juga sampah yang berhamburan dimana-mana juga perlu di perhatikan oleh pemerintah kota.

Sehingga dari dua persoalan diatas perlu dijawab dengan jelas, soal Kenapa sampah di kota makassar itu terhambur atau tidak terkelola dengan baik karena persoalan pemerintah kota tidak menyediakan tempat sampah di tempat-tempat keramaian seperti pasar tradisional dengan disediakannya tong sampah atau tempat sampah di tempat keramaian atau dimana banyak aktivitas manusia maka akan menjawab sampah tak akan berhamburan dan dengan persedian jenis tempat sampah yaitu: tempat sampah untuk basah, kering, kaleng dan sampah rumah tangga. Dengan mobil yang menjemput berbeda di setiap jenis sampahnya. Dengan cara itu akan menjawab sampah akan tertata rapi dan tidak terhambur ke kanal, drainase, pinggir jalan dan tempat umum lainya.

Kemudian soal sampah di TPA Antang yang baunya menyengat luar biasa, perlu dijawab dengan apa? Jelas bahwa ada banyak negara yang sudah berhasil mengolah sampah, mengumpulkan, dan mendaur ulang, yang pertama: ketika kita terapkan tempat sampah yang jelas jenis dan tempatnya maka akan memudahkan mengolah jenis sampah ketika sampai di TPA. Kedua: metode Darat dengan Menimbun sampah atau mengubur salah satu cara yang populer di dunia dimana penimbunan ini biasa dilakukan di lahan yang tidak terpakai atau bekas penambangan yang lubang nya besar yang bisa menimbun sampah. Ketiga: daur ulang jelas dengan metode mengumpulkan, nah dengan menjadikan penataan tong sampah atau tempat sampah sesuai jenis maka akan memudahkan pemetaan atau pemisahan jenis sampah yang bisa didaur ulang seperti kaleng dan plastik bisa dengan jenis tong sampah di tempat keramaian di seluruh kota Makassar akan memudahkan aktivitas pengelolaan dan daur ulang.

Dan banyak jenis metode yang bisa dipikirkan oleh pemerintah kota, termasuk menjadikan pupuk organik jenis sampah rumah tangga yang basa dan banyak metode dan cara pengelolaan yang harus dipikirkan dan dilakukan pemerinta kota dan itulah salah satu cara yang akan aku lakukan “jika menjadi walikota Makassar”.

  1. Menjawab Banjir di Kota Makassar Yang Setiap Musim Hujan Terjadi Banjir di Beberapa Titik.

 Jika aku menjadi walikota maka yang penting dipikirkan secara khusus dan perhatian yang khusus adalah soal banjir yang hampir setiap tahun ada beberapa titik yang sudah terprediksi bila musim hujan tiba pasti jadi danau daerah tersebut salah satunya Blok 10 Perumnas Antang yang kebetulan dekat dengan tempat tinggal penulis.

Salah satu penyebabnya adalah Tidak terarah drainase dan Tempa mengalir dari hulu ke hilirnya air sehingga menyebabkan mencari tempat yang rendah untuk tergenang. Sehingga Yang perlu dipikirkan pemerintah adalah bagaimana aliran air itu bisa jelas dan terbuangnya kemana karena tempat terbuang atau ujung dari aliran yang tidak jelas dan tidak teratur khususnya di blok 10 Perumnas Antang tidak jelas terbuang kemana air sehingga membuat air tertampung dan menenggelamkan rumah warga.

  1. Memprediksi atau Bagaimana Melihat Masa Depan Makassar.

Jelas bagi penulis adalah bagaimana dari jabaran beberapa isu dan fenomena terjadi di kota Makassar maka perlu dipikirkan dan diprediksi agar bisa mempersiapkan kedepan makassar akan seperti apa dengan terus bertambahnya jumlah kependudukan, dan terus berkurang RTH, banjir semakin banyak daerah yang berdampak, TPA yang semakin menggunung dan kesenjangan sosial di masyarakat semakin nampak.

Siapa yang memikirkan semua itu maka itulah walikota yang ideal menurut penulis untuk masa depan makassar, dengan visi dan misi jelas bahwa akan menjawab bagaimana kedepan makassar yang dewasa ini semakin banyak hal yang di luar dari ekspektasi.

Sehingga pemimpin yang dibutuhkan yang bisa menjawab itu semua dan banyak aspek lainnya yang mungkin belum terjabarkan dalam tulisan ini. Isu yang disebutkan penulis hanya sebagian kecil tapi sangat penting diselesaikan.

One thought on “Opini: Ketika Aku Menjadi Wali Kota Makassar

  1. Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *