Pemimpin Yang Ideal Untuk Masyarakat Pluralisme dan Multikultural
Manusia merupakan satu makhluk yang paling sempurna dari banyak makhluk yang diciptakan Allah swt dalam kehidupan dunia ini, diantara kelebihan yang dimiliki; akal manusia yang membeda dari makhluk lain sehingga itulah dasar dan landasan kenapa manusia ada kemampuan untuk berpikir, bertindak, dan mempertimbangkan setiap hal yang akan dilakukannya. Selain daripada itu manusia juga merupakan ciptaan yang memiliki cinta(perasaan) sehingga manusia bisa lebih bijaksana dalam beraktivitas dalam kehidupan keseharian.
Sehingga kemampuan manusia berpikir dan memiliki perasaan sehingga bisa melahirkan pilihan dalam hidup dalam hal ini khusus pada pilihan beragama (berkeyakinan) sebagai jalan petunjuk dalam hidup ini.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas Muslim atau beragama Islam, juga negara yang kemudian memiliki banyak penganut agama lain seperti, Hindu, Budha, Kristen protestan, Katolik, Konghucu, enam agama yang kemudian hidup bersama pada negara yang besar ini menjadi salah satu negara yang juga terbanyak penganut agama yang hidup rukun tanpa ada penindasan dan saling bunuh satu kelompok agama dengan yang lainya.
Itulah kenapa Indonesia dengan berbagai banyak agama dan juga banyak budaya, suku, bahasa, adat, daerah, dan etnis dan kelompok keyakinan selain enam agama yang resmi di Indonesia. Itulah yang menjadikan Indonesia negara yang multikultural masyarakat hidup tenang dengan agama atau keyakinan masing-masing, begitu juga dengan budaya, etnis, adat, suku, daerah, bahasa dan perbedaan-perbedaan lainya. Secara khusus sulawesi selatan provinsi yang merupakan satu kawasan bagian timur Indonesia yang memiliki banyak keragaman.
Walau kondisi ideal yang terlihat tak seideal yang menjadi realita sehingga itulah peran dari penelitian, analisis, ide dan gagasan karena selain dari apa yang menjadi kelebihan manusia banyak kekurangan yang perlu diselaraskan dengan keadaan yang ada.
Khususnya pada konteks moderasi beragama yang perlu lebih luas jangkauannya lebih khusus saling menghormati pada aspek keyakinan yang berbeda dan rukun pada aspek sosial dalam kehidupan sehari-hari, sehingga instrumen dalam menjalani kehidupan adalah bagaimana toleransi dalam kehidupan sosial menjadi satu alasan tidak bolehnya pertikaian, ketidakadilan, dan adanya ketidaknyamanan di lingkungan.
Yang Harus Ada Pada Pemimpin
Sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa pimpinan (Amir):
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Terjemahnya; (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah (pemimpin) di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan namaMu? Dia berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Jelas bahwa ayat diatas mengajarkan bahwa setiap manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin dalam hidup, dalam lingkup, diri, keluarga, lingkungan, daerah sampai bangsa maupun dunia.
Sehingga menjadi pemimpin satu keharusan yang dijelaskan Allah juga dalam Al-Qur’an seperti yang disebutkan pada surat Ali-Imran; 159.
Terjemahnya “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Ayat diatas memberikan gambaran yang sangat gamblang tentang bagaimana harus jadi pemimpin atau model pemimpin yang dibutuhkan dengan masyarakat yang pluralisme dan multikultural untuk menjaga kearifan lokal pada masyarakat agar mewujudkan kerukunan antar umat beragama khususnya dalam toleransi beragama.
Satu hal yang tumbuh pada pribadi orang yaitu rasa, toleran, menghormati persaudaraan, dan menghargai keragaman. Boleh dikata, nilai-nilai fundamental seperti itulah yang menjadi fondasi dan filosofi masyarakat di nusantara dalam menjalani moderasi beragama. Nilai itu ada di semua agama karena semua agama pada dasarnya mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang sama. (Moderasi Beragama. 2019)
Pemimpin diajarkan untuk berlemah lembut karena itu yang akan memberikan kenyamanan, ketenangan akan tetapi bila bersikap keras dan berhati kasar maka akan menjauh dari apa yang diharapkan olehnya pemimpin harus berhati pemaaf, meminta ampun bagi umatnya, dan musyawarakanlah setiap urusan kebijakan yang akan diterapkan pada umat (masyarakat).
Muh Imran, Aktivis Mahasiswa dan Pemerhati Kebijakan Publik.