LENTERA.PRESS – Apa arti kesetiaan dan loyalitas dalam sebuah organisasi yang mengaku sebagai keluarga? Rasa kekeluargaan memang tidak selalu benar-benar kita rasakan, tetapi ada satu hal yang harus kita mantapkan: keberanian untuk tetap berdiri bersama, menjaga komitmen, dan menghidupkan nilai persaudaraan itu.
Sering kali kita melihat kader lebih memilih diam daripada menghadapi konflik. Bukan karena tidak tahu di mana harus berdiri, melainkan karena tidak berani. Padahal, konflik bukanlah sesuatu yang buruk. Justru di sanalah kita belajar dewasa, melatih mental, dan menempa diri agar tidak hanya menjadi kader yang biasa-biasa saja.
Kita juga harus jujur mengakui, ada saat-saat aturan organisasi atau AD/ART, dimainkan demi kepentingan tertentu. Mungkin ruang lingkup kita masih mahasiswa, tetapi pola ini akan terbawa ketika kelak kita terjun ke dunia yang lebih luas: dunia kerja, masyarakat, bahkan pemerintahan. Jika sejak awal kita terbiasa membiarkan aturan dipermainkan, bagaimana nanti ketika kita dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar?
Di sinilah pentingnya loyalitas. Loyalitas bukan hanya soal ikut organisasi ketika nyaman, tetapi keberanian untuk menyatakan sikap, tetap setia pada nilai, dan berani menghadapi perbedaan.
Jika hari ini kita masih ragu menyatakan diri mau berdiri di mana, lalu bagaimana nanti saat kita benar-benar berhadapan dengan realitas yang lebih keras di luar kampus?
Organisasi adalah ruang latihan. Mari kita jadikan KAMMI sebagai wadah menempa diri: berani menghadapi konflik, konsisten pada nilai, dan setia pada perjuangan bersama. Karena hanya dengan itulah loyalitas kita teruji, bukan sekadar dalam kata-kata, tetapi dalam sikap nyata.
Oleh: Syahrul Ariyansyah, Kader KAMMI Makassar