Yang Allah Mau Dari Kita! – Bagian 2

Oleh: Agung Wahyudi

Sebelumnya, kita jelaskan kehendak Allah swt pada pribadi manusia muslim yaitu beriman dan beramal shalih. Pada derajat ini menurut Ibnu Qayyim rahimahumullah, manusia telah sempurna secara pribadi.

Hanya saja kita juga memahami bahwa Allah swt tidak menghendaki manusia itu sempurna secara pribadi saja tanpa memerhatikan kehidupan sosial di sekitarnya. 

Dalam bahasa yang lain manusia muslim ini dikehendaki oleh Allah swt mengambil peran untuk lingkungan dimana mereka hidup dengan manusia lainnya.

Allah swt menghendaki agar manusia muslim ini tidak mengurus diri mereka semata tapi juga harus berdakwah di tengah masyarakatnya. Menjadi partisipan yang aktif dalam agenda kebaikan. Menjadi distributor yang aktif dengan wasiat kebenaran dan kesabaran.

Untuk merealisasikan kehendak Allah swt tersebut manusia muslim seharusnya melakukan beberapa hal berikut: pertama, melebur bersama masyarakat. Kedua, bekerjasama dengan pihak lainnya dalam mendukung semua agenda kebaikan. Begitu pula bersinergi untuk memberantas agenda kerusakan. Dan Menegakkan kehidupan yang bersih, adil dan makmur.

Setelah ini tercapai, tersisa satu hal lagi yang dibutuhkan agar manusia muslim sukses dalam ujiannya: bertahan dalam kesempurnaannya hingga akhir hayat. Kata Nabi saw, nilai seseorang ditentukan di akhirnya.

Kekuatan yang menjaga manusia untuk bertahan memainkan perannya di kehidupan sosial itu namanya kesabaran. Agar kita mampu bersabar harus efektif dan efisien dalam hidup. 

Maka, dalam partisipasi sosial kita harus menghemat energi di tengah keterbatasan energi agar hasil yang kita dapatkan bisa maksimal. Caranya adalah dengan memilih peran yang tepat yang sesuai dengan kompetensi atau keahlian kita.

Allah swt berfirman : 

قُلۡ كُلࣱّ یَعۡمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَنۡ هُوَ أَهۡدَىٰ سَبِیلࣰا.

“katakanlah tiap-tiap manusia bekerja menurut keadaan dirinya masing-masing (Qs. Al-Isra’ : 84)

Nabi saw juga bersabda: 

“Setiap orang dimudahkan melakukan sesuatu yang untuknya ia diciptakan (HR. Muslim).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *