Opini: Pemuda yang Kritis Terhadap Kebatilan

Pemuda adalah umur dari generasi yang sangat dibutuhkan dan paling produktif dengan umurnya, atau istilah yang kita kenal masa muda adalah masa yang berapi-api (lagu bang Hj Roma Irama).

Pemuda merupakan umur yang banyak dicatat oleh sejarah dengan otak yang memiliki akal yang analisisnya kuat, siasat dan jiwa kritisnya kuat dalam memberikan kontribusi pikiran dengan, ide, gagasan pada setiap problematika bangsa.

Maka istilah pemuda ini, sudah menjadi hal yang tak asing lagi di benak pada semua kalangan kaum muda lah yang bisa memberikan solusi pada setiap problematika yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat pada suatu bangsa dan negara.

Kritis suatu pikiran yang melahirkan pemikiran yang melihat masalah, problem, entah yang bersifat yang ada pada pribadi atau persoalan bangsa dan negara, yang kemudian memberikan kritikan dan melahirkan solusi pada permasalah yang ada.

Kebatilan satu hal menjadi sangat fundamental dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dalam sebuah bangsa dan negara.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

شَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ

Artinya: Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Azza wa jalla.

Sehubungan dengan potongan hadis Nabi, di atas menjadi pemantik, bahwa sebagai seorang pemuda harus bisa lahir sebagai pemuda yang tenggelam kedalam lautan kritikus yang ulung, yang bisa melahirkan ide dan gagasan selaut.

Pemuda produktif yang bisa terbang di angkasa kaum intelektual yang kritis terhadap semua kebatilan yang terjadi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, nah sebagai kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI, organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan yang bervisi melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan dengan upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

Satu visi yang sangat mulia yang harus dilihat semua kader, yang harus ditafsirkan oleh semua kader, sehingga dengan visi itu bisa menyatukan kader dalam dua kalimat “Muslim Negarawan” dimana kader harus melahirkan jiwa muslim dan negarawan sehingga bisa menjadi satu visi dalam bergerak bersama.

Melihat bangsan dan negara hari ini yang sakit, penulis hanya bisa menyampaikan satu pertanyaan ? kapan dan apa yang akan kita berikan untuk semua kebatilan yang merajalela, di negeri ini.

Maka dengan wadah kesatuan ini, penulis berharap banyak, sebagai seorang pemuda yang terhimpun dalam kesatuan ini agar, menyadarkan diri bahwa, jangan sampai hanya menitip nama saja sebagai kader, jangan sampai hanya mengaku sebagai kader, jangan sampai hanya dikenal sebagai kader, jangan sampai hanya sekedar menumpang untuk eksis, jangan sampai hanya jadi jembatan untuk dikenal sebagai aktivis dan sebagainya, walau apa yang saya sebut itu bukan suatu kehinaan, tapi satu pernyataan yang menjadi harapan bisa merangsang alam bawah sadar kita untuk bisa memberikan kontribusi sebagai sosok pemuda Muslim Negarawan.

Tagline “Muslim Negarawan” Yang sudah menjadi semboyan bagi semua kader tanpa terkecuali yang akan menjadi satu kesimpulan untuk tak ada sekte-sekte atau faksi-faksi dalam organisasi yang cukup muda tapi tercatat dalam sejarah Indonesia tahun 1998, yang dimana organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan yang bisa hadir sebagai satu warna yang mempersatukan semua elemen saat itu, dengan Tagline Muslim Negarawan itu.

Maka sudah menjadi satu keharusan sebagai kader Muslim Negarawan, harus tetap hadir sebagaimana cita-cita dalam visi KAMMI yang sangat mulia, yaitu melahirkan kader-kader pemimpin yang menjadi perjuangan yang clear dalam gerakan, yang tak ada yang bisa mengejawantahkan hal tersebut.

Saya teringat dengan satu kata-kata bijak ulama populer yang dikenal dengan “Buya Hamka: Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang.” Kata bijak sosok yang harus menjadi teladan aktivis Muslim Negarawan, sosok Muslim Negarawan yang luar biasa jiwa nasionalismenya sebagai cendekia ples dai ulung pada masanya.

Yang memberikan pesan yang sangat mulia khususnya bagi para pemuda hari ini yang akan menjadi generasi penerus bangsa dan negara ini, maka memaknai kalimat bijak Buya Hamka, bahwa perlu dipahami bahwa Aku, Kamu dan Kita semua sudah di atas perahu yang telah kita naiki, maka tak ada kata selain dari berproses dan berjuang pada perahu tersebut dengan baik dan produktif.

Mengkaji persoalan, mengkritik bila itu salah (kebatilan), mencekal agar kebatilan yang ada tidak melestari, tapi hilangkan dan bersihkan, sosok pemuda seperti itulah yang diharapkan dalam kredo gerakan KAMMI.

Pada sejarah visi, misi, paradigma gerakan, prinsip gerakan, kredo gerakan, unsur-unsur perjuangan, dan pada mars dan himne KAMMI. Semuanya bermakna bagaimana para pemuda dan pejuang yang menjadi kader KAMMI agar menjadi pemuda yang berwawasan luas, pergaulannya luas, berpikir besar dan pemecah problematika Umat dimanapun dan kapanpun. Kemuliaan itulah yang harus dijaga dalam satu idealisme sosok pemuda, bukan pemuda yang senang beleha-leha, loyo, tumpul dalam literasi, minim bacaan, dan hanya menjadi kader karbitan dalam organisasi.

Pemuda yang hebat adalah pemuda yang kritis, pemuda yang responsif terhadap kebatilan, pemuda yang tidak senang melihat kebatilan, sebagaimana Allah menyampaikan dalam Al-Qur’an soal kebatilan:

لِيُحِقَّ الْحَـقَّ وَيُبْطِلَ الْبَا طِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُوْنَ

agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya. (Q.S. Al-Anfaal : 8)

Satu firman Allah yang menetapkan bahwa  yang hak dan begitupun yang namanya batil sudah jelas, artinya sebagai pemuda yang sadar akan kebatilan, tak boleh hanya melihat atau menonton tapi bagaimana melwang dengan batas kemampuan kita. Yang lebih parah bila ikut menikmati kebatilan yang terjadi. Di ayat yang lain Allah juga berfirman;

وَقُلْ جَآءَ الْحَـقُّ وَزَهَقَ الْبَا طِلُ ۗ اِنَّ الْبَا طِلَ كَا نَ زَهُوْقًا

“Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 81).

Yang terakhir penulis ingin tegaskan sebagaimana firman Allah dalam ayat tersebut, bahwa kebenaran dan kebatilan jelas tak akan bisa bersatu sampai kapan pun itu juga ditegaskan Allah, “ Dan jangan kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan( janganlah)  kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya” (al-Baqarah:422), dengan itulah tak ada kata tidak atau tak ada alasan untuk pemuda memenangkan kebenaran dengan mengkritik yang batil dan menghilangkan dalam kehidupan manusia, karena apa pun yang akan terjadi kebenaran pasti akan menang, akan tetapi itu semua akan terjawab dengan persatuan dan kesatuan, karena ada kalimat yang perlu jadi renungan bagi pemuda atau para pejuang “ 1000 kebenaran yang tidak terstruktur akan dikalahkan oleh 1 kejahatan yang terstruktur”. Semangat persatuan harus ada pada pemuda yang kritis terhadap kebatilan, meluaskan pergaulan, komunikator yang ulung, pejuang di siang hari rahib di malam hari.

Muh Imran, Aktivis Mahasiswa dan Pemerhati Kebijakan Publik.

One thought on “Opini: Pemuda yang Kritis Terhadap Kebatilan

  1. Kalau saja semua orang punya pemikiran seperti ini, kita bisa berharap masa depan indonesia yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *