Manusia Muslim (yang) Unggul Butuh Model

Tulisan sebelumnya tentang titik star pembentukan manusia muslim yang unggul mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa membentuk manusia muslim yang unggul butuh model.

Model manusia muslim itu kalau kita mau ibaratkan ia seperti bangunan yang utuh, indah dan kokoh. Bangunan itu terdiri dari visi misi, jalan hidup, nilai-nilai hidup yang membentuk paradigma, mentalitas, dan karakter seseorang yang diyakini kebenarannya. Pertanyaannya dari mana model ini muncul?

Islam agama yang kita yakini ini berarti ketundukan dan penyerahan diri yang total kepada Allah swt untuk diatur sesuai dengan kehendak-Nya. Termasuk di dalamya adalah kepatuhan kepada visi misi, jalan hidup, nilai-nilai hidup dan karakteristik yang seharusnya melekat pada diri kita.

Itulah salah satu makna firman Allah swt:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱدۡخُلُوا۟ فِی ٱلسِّلۡمِ كَاۤفَّةࣰ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.” (Qs. Al-Baqarah: 208)

Karena itu seorang muslim tidak bertanya apa yang ia inginkan bagi dirinya dan hidupnya. Namun ia bertanya apa yang diinginkan Allah bagi dirinya. Ia tidak bertanya “Saya mau jadi apa?” tapi bertanya “Allah menginginkan saya menjadi apa?”

Keseluruhan kehendak Allah yang menginginkan manusia menjadi seperti apa itulah yang kita sebut model manusia muslim. Allah ingin kita menjadi apa dan seperti apa itulah model yang kita gunakan dalam proyek pembentukan manusia muslim yang unggul.

Akan tetapi, model manusia muslim ini tidak menyampingkan fakta bahwa setiap kita sebagai manusia punya sisi keunikan tersendiri yang membedakan kita dengan manusia yang lain.

Jadi model pembentukannya nanti adalah mempertemukan antara kehendak Allah swt dengan keunikan diri manusia.

Hasilnya nanti (insyaAllah) adalah lahirlah manusia muslim bernama Ahmad, Abdul, Muslimin dst. Mereka semua punya kesamaan pada visi misi hidupnya, nilai-nilai yang dipercayainya, jalan hidup yang ditempuhnya dan karakteristiknya. 

Jadi, ada wilayah kesamaan dan wilayah keunikan. Wilayah kesamaannya namanya Islam dan wilayah keunikannya adalah wilayah individu kita masing-masing.

Sekarang, bagaimana menemukan atau mengetahui kehendak Allah pada diri seorang muslim? Kita bahas selanjutnya. []

Agung Wahyudi, Direktur Lentera Institut dan Penulis tema-tema pengembangan diri muslim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *