Berdaya Sejak Dari Pikiran

Pikiran adalah ruang penciptaan pertama bagi manusia. Tidak ada tindakan yang dapat melampaui luasnya wilayah pikiran. Dan tidak ada tindakan yang menampakkan diri dalam kenyataan sebelum ia menampakkan diri dalam pikiran.

Kita hari ini adalah buah dari pikiran kita hari kemarin. Pencapaian besar umat manusia hari ini ada buah dari ide yang bergumul di masa lalu. Maka ketika kita menginginkan sesuatu terwujud ia perlu diwujudkan dulu di alam pikiran kita.

Kalau kita menginginkan keberdayaan misalnya dengan tolak ukur sumber daya yang melimpah maka, pikiran kita harus selalu diarahkan pada bagaimana sumber daya itu berlimpah bukan sebaliknya yaitu menyiasati keterbatasan. Inilah yang saya sebut berdaya sejak dari pikiran.

Pikiran juga merupakan kekuatan pembimbing dan pengarah yang membentuk tindakan serta kebiasaan kita. Pikiran menciptakan perasaan terbimbing dan terarah dalam diri kita. Perasaan terarah inilah selanjutnya yang akan menciptakan efek-efek seperti ketenangan, keyakinan, dan kepastian dalam diri kita. Efek-efek itulah yang memberikan kekuatan pada tindakan-tindakan kita.

Dalam skala yang lebih luas, pikiran-pikiran itu sama dengan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat. Nilai tersebut yang mengarahkan dan membentuk perilaku kolektif masyarakat, yang kemudiankita sebut budaya. Jadi, budaya adalah tampak luar, sedang kekuatan internalnya adalah nilai-nilai yang mereka percaya.

Dengan kaidah ini, kita bisa menjelaskan banyak fenomena kehidupan, seperti kegagalan dan kesuksesan, kemiskinan dan kekayaan, penjajahan dan keterjajahan,serta keberdayaan dan ketidakberdayaan. Di balik semua fenomena tersebut terdapat pikiran-pikiran pada skala individu, atau nilai-nilai pada skala masyarakat, yang mengarahkan dan membentuk mereka.

Orang-orang miskin, misalnya, hidup dengan pikiran-pikiran dan nilai-nilai tertentu yang mengokohkan kemiskinannya, dan tidak memungkinkan mereka keluar dari jeratan kemiskinan itu, kecuali jika mereka memutus mata rantainya yaitu dengan mengubah pikiran-pikiran dan nilai-nilai yang mereka percayai.

Demikian juga soal keberdayaan. Semuanya dimulai dari pikiran. Jika konsumsi pikiran kita adalah pikiran ketidakberdayaan maka selamanya kita tidak akan berdaya.

Agung Wahyudi, Direktur Lentera Institut dan Penulis tema-tema pengembangan diri muslim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *