Manusia Berpengetahuan!

Sebagaimana pada tulisan sebelumnya saya sampaikan bahwa awal dari segala tindakan kita adalah pikiran maka, itu artinya kita harus mulai memperbaiki cara berpikir kita agar tindakan dan karakter kita sebagaimana yang diharapkan.

Perbaikan pada cara berpikir harus dimulai dengan membersihkan pikiran-pikiran kita dari segala bentuk kebodohan (jahl) yaitu memercayai sesuatu yang tidak kita ketahui, atau waham yaitu setiap informasi yang kandungan kebenarannya di bawah 50%, atau keraguan (syak) yang kandungan kebenarannya hanya 50%, atau prasangka (zhan) yang kandungan kebenarannya di atas 50% dan di bawah 100%.

Hal ini disebabkan input yang salah secara otomatis akan mengeluarkan output yang juga salah. Kita akan tetap melakukan sesuatu berdasarkan perintah pikiran kita, walaupun informasi yang membentuk pikiran kita adalahpemahaman yang tidak benar.

Kadangkala, misalnya, kita takut terhadap sesuatu karena membayangkan yang seram-seram tentang sesuatu itu, padahal apa yang kita bayangkan sebenarnya belum tentu seperti itu kenyataannya.

Di sisi lain, kita mungkin marah pada seseorang, semata-mata karena mendapatkan informasi yang buruk tentang orang tersebut misalnya melalui gosip, yang kebenarannya tidak dapat kita pertanggungjawabkan.

Kata Allah swt, “Sesungguhnya prasangka itu sama sekali tidak berguna di depan kebenaran”. (QS.Yunus : 36)

Itulah sebabnya agama melarang kita untuk percaya pada tahayul, khurafat, gosip, fitnah, dan lainnya. Sebab, itu semua tidak mempunyai dasar kebenaran yang dapatdipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, kita harus membiasakan diri untuk mengetahui sesuatu sebagaimana ia adanya, secara akurat dan objektif, dan terbukti bahwa kandungan kebenarannya 100%. Sebab, itulah yang disebut ilmu.

Maka, berpengetahuan berarti bertindak atas dasar kebenaran ilmiah, bertindak dengan bimbingan ilmu pengetahuan, dan berbicara dengan muatan ilmiah. Tidak ada sesuatu yang dapat dilakukan secara benar, kecuali jika kita mempunyai pengetahuan yang benar tentang sesuatu tersebut. []

Agung Wahyudi, Direktur Lentera Institut dan Penulis tema-tema pengembangan diri muslim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *