Cahaya Pikiran

Tulisan sebelumnya tentang longlife learner adalah akhir dari tulisan saya soal konsep diri muslim (mata air pertama). Tulisan ini adalah pembuka dan awal dari tema mata air kedua yaitu cahaya pikiran. Saya menyarankan anda membaca tulisan sebelumnya yang berjudul “delapan mata air kecemerlangan” agar dapat memahami gambar besar dari tulisan berseri ini. Oke kita mulai.

Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, kita adalah cermin dari pikiran kita. Saya yakin kita sering mendengarkan atau membaca pernyataan ini.

Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. 

Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan. 

Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. 

Benih dari setiap karya-karya besar yang membentuk kualitas hidup kita atau karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang kita saksikan.

Bahasan soal berpikir inilah yang akan kita uraikan dalam beberapa waktu akan datang, insyaallah.

Agung Wahyudi, Direktur Lentera Institut dan Penulis tema-tema pengembangan diri muslim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *