Nabi Ibrahim AS: Inspirasi Pemberdayaan Umat di Era Modern

Oleh: Arinal Hidayah Amsur, S.Sos (Alumnus Ma’had Al Bir, Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar)

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ

وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلًا سَدِيدًا

إِنَّ إِبۡرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمۡ يَكُ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.

لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin dan Muslimat Jamaah Hari Raya Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah Subhanuhu Wataala.

Seiring dengan naiknya Matahari memancarkan cahaya kehidupan di mana Rasulullah SAW memberikan Kita dua hari Raya, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Hari raya ini dimaksudkan untuk mengagungkan Allah Azza Wajalla, hari raya ini dimaksudkan agar kita berbahagia, berbahagia karena kita keluar sebagai pemenang melawan hawa nafsu Kita sendiri, hari raya ini juga dimaksudkan agar Kita membahagiakan orang lain.

Kalau di Bulan Ramadan ada perintah untu berzakat tiada lain tujuannya agar Zakat itu membahagiakan orang yang sangat membutuhkan, ada delapan golongan yang Kita bahagiakan. Maka di Hari Raya Idul Adha ada perintah untuk berqurban dimana 1/3 dari daging qurban diperuntukkan untuk yang berqurban dalam selebihnya diberikan kepada orang lain. Ini maknanya apa buat Kita? tidak ada lain kecuali untuk membahagiakan orang lain. Dan itulah tujuan agama Kita yaitu bahagia membahagiakan, mulia dan memuliakan.

Kaum Muslimin dan Muslimat Jamaah Hari Raya Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah Subhanuhu Wataala.

Hari-hari yang Kita saksikan adalah hari-hari yang sangat berat, dimana Kita menyaksikan begitu banyak pergeseran nilai, begitu banyak penyimpangan, ahlak tidak lagi menjadi hal prioritas, anak atau generasi Kita dipertontokan oleh banyak sekali hal-hal yang tidak mendidik. Berbohong, menzalimi orang lain, mengambil hak orang lain dengan semena-mena masih menjadi tontonan Kita tiap hari, lalu jika ini terus berlanjut apa yang Kita harapkan dari generasi Kita yang datang?

Padahal semestinya generasi Kita terus mendapatkan pendidikan yang mendidik mereka, pendidikan yang menuntun mereka ke arah yang lebih baik, pendidikan yang menuntun agar ahlak mereka tambah baik, sebab satu generasi yang tidak lagi mempedulikan ahlak baik ahlak kepada sesama ataupun ahlak kepada Allah Azza Wajalla maka tunggulah kehancurannya.

Padahal Allah subhanahu wata’ala mewanti-wanti Kita agar jangan sampai melahirkan generasi yang lemah.

ولۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلًا سَدِيدًا

Artinya:

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. an-Nisa: 9)

Ayat ini bukan sekadar memberi isyarat bahkan ayat ini memuat perintah untuk memastikan agar Kita melahirkan juga mendidik generasi agar mereka tidak lemah, lemah dari berbagai aspek, lemah dalam hal fisik, lemah dalam hal harta (miskin), tidak berdaya dalam persaingan, lemah dalam hal ilmu, kapasitas, skill, bahkan lemah dalam hal ahlak dan lemah dalam hal tauhid.

Olehnya itu Kaum Muslimin dan Muslimat pada momentum Hari Raya Idul Adha ini ada baiknya Kita memotret nilai/velue yang diajarkan oleh Nabiyullah Ibrahim Alaihis Salam dalam hal memastikan generasi Kita menjadi generasi yang kuat.

1. Tauhid yang Kuat: Dasar Keteguhan dan Kemandirian

إِنِّى وَجَّهۡتُ وَجۡهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفًاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Artinya:

“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 79)

Modal yang pertama dan dasar yang harus dimiliki oleh generasi adalah Tauhid. Mengapa Kita menyorot yang pertama adalah Tauhid? Sebab ini merupakan hal yang sangat mendasar, sebab keteguhan tauhid membuat seseorang tidak mudah terombang-ambing oleh tekanan sosial, politik, atau budaya. Orang yang memiliki tauhid yang Kuat akan mengantarkan dirinya menjadi pribadi yang kuat.

2. Kritis dan Rasional dalam Mencari Kebenaran

Nabi Ibrahim merenung tentang bintang, bulan, dan matahari sebagai Tuhan, namun menolaknya satu per satu karena mereka tenggelam. (QS. Al-An’am: 76–78)

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبًاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّىۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ

Artinya:

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS. al-An’am: 76)

فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّىۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمۡ يَهۡدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّآلِّينَ

Artinya:

“Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS. al An’am: 77)

فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّى هَٰذَآ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّآ أَفَلَتۡ قَالَ يَٰقَوۡمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ

Artinya:

“Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS. al An’am: 78)

Generasi harus memiliki daya nalar dan daya kritis yang kuat sampai dia menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Satu generasi yang kuat adalah yang ditandai dengan tumbuhnya kesadaran intelektual dan kesadaran intelektual itu lahir oleh daya nalar dan kritis yang kuat, sehingga tidak lahir generasi yang taqlid buta dan tidak mendasar.

3. Keberanian Melawan Sistem yang Menindas

Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala kaumnya dan menghadapi Raja Namrud.

وَتَاٱللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصۡنَٰمَكُم بَعۡدَ أَن تُوَلُّواْ مُدۡبِرِينَ

Artinya:
“Dan demi Allah, sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya.” (QS. al Anbiya: 57)

فَجَعَلَهُمۡ جُذَٰذًا إِلَّا كَبِيرًا لَّهُمۡ لَعَلَّهُمۡ إِلَيۡهِ يَرۡجِعُونَ

Artinya:

“Maka dia (Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya); agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al Anbiya: 58)

Setelah seseorang mendapatkan kebenaran yang Ia yakini, maka tugas selanjutkan yang harus dipikul adalah keberanian untuk menyampaikannya. Kendati rintangan yang dihadapi sangat besar dan konsekuensi yang akan diterima sangat berat. Dalam menyampaikan kebenaran keberanian menjadi moral utama.

4. Kepemimpinan Visioner dan Pembinaan Generasi

Doa Nabi Ibrahim agar keturunannya menjadi umat yang taat dan pemimpin yang bertakwa.

وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِىۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِى ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.” (QS. al Baqarah: 124)

Ayat ini mengajarkan kepada Kita tentang keinginan kuat dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam agar terciptanya regenerasi. Generasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan yang berlandaskan pada keimanan dan ketaqwaan.

5. Kolaborasi Keluarga dalam Misi Ketuhanan

Bersama Ismail AS membangun Ka’bah. Bersama Siti Hajar menjalani ujian berat di padang tandus.

وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِيمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ١٢٧

Artinya:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah (amalan) dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al Baqarah: 127)

Membangun Pondasi umat dan generasi harus dimulai dari unit terkecil: keluarga. Keteladanan keluarga Ibrahim mengajarkan peran kolektif dan sinergi dalam menghadapi tantangan.

6. Spirit Pengorbanan dan Ketundukan Total

Peristiwa penyembelihan Ismail, menjadi peristiwa yang heroik. Mengapa tidak? Nabi Ibrahim melakukannya sebagai bukti kecintaan terhadap perintah Allah subahahu wata’ala setelah melakukan diskusi dengan anaknya, kisah itu dengan jelas terabadikan dalam al Qur’an.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)

Totalitas dalam menjalankan perintah Allah subhanahu wata’ala dan kerelaan berkorban demi dan untuk Allah azzah wajalla menjadi modal penting yang harus dimiliki oleh umat ini dan yang akan datang.

Kaum Muslimin dan Muslimat Jamaah Hari Raya Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah Subhanuhu Wataala.

Demikianlah pesan atau nilai yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim kepada Kita semua, kepada generasi yang akan datang, agar Kita menjadi muslim yang kuat, berdaya, yang terus maju seiring perkembangan zaman dan tidak kehilangan jati diri sebagai muslim.

Doa Penutup

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

اللَّهُمَّ أَلِّف بَينَ قُلَوبِنَا وَأَصلِح ذَاتَ بَينِنَا، وَاهدِنَا سُبُلَ السَّلَام، وَنَجِّنَا مِن الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبنَا الفَوَاحِش مَا ظَهَرَ مِنهَا وَمَا بَطَن وَبَارِك لَنَا فِى أَسمَاعِنَا، وَأَبصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتنا، وَتُب عَلَينَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيم، وَجَعَلنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثنِينَ بِهَا عَلَيكَ قَابِلِينَ لَهَا وَأَتمَمهَا عَلَينَا.

Artinya:“Ya Allah, satukanlah hati-hati kami, perbaikilah hubungan di antara sesama kami, tunjukkanlah kami kepada jalan-jalan keselamatan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji  yang nampak maupun yang tersembunyi.

Ya Allah, berkahilah untuk kami pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami, istri-istri kami, dan anak keturunan kami! Ampunilah kami karena sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang! Jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur atas nikmat-Mu, memujinya, menerimanya, dan sempurnakanlah nikmat-Mu tersebut untuk kami.”

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ، اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ . . . وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Artinya:

“Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. . . . dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 127-128)

Download File di Sini:

https://drive.google.com/file/d/1oTToftLc0bE-tl_rfmAFWgyHSsTquiWY/view?usp=sharing

2 thoughts on “Nabi Ibrahim AS: Inspirasi Pemberdayaan Umat di Era Modern

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *