Misi hidup dan Umur yang Terbatas

Oleh: Agung Wahyudi

Ada empat hal yang perlu kita sadari sebagai seorang manusia muslim. Kesadaran ini kita butuhkan dalam rangka merumuskan konsep diri secara utuh.

Dua di antaranya kita uraikan di tulisan ini. Dua lainnya kita uraikan di tulisan berikutnya.

Pertama, soal visi misi hidup. Visi dan misi hidup seorang muslim itu given. Maksudnya dari “sononya” sudah ditentukan oleh pencipta manusia Allah swt.

Visi misi hidup ini bukan cita-cita sebagaimana banyak disalahartikan oleh sebagian orang. Visi misi ini dinamakan ibadah.

Ibadah dalam artian segala sesuatu yang dicintai oleh Allah swt. Bukan ibadah dalam arti sempit yang banyak dipersepsi orang dengan contoh seperti berdoa, shalat, membaca Alquran, zakat, naik haji dan seterusnya.

Visi misi hidup ini sudah ditentukan oleh Allah swt dengan menetapkan bahwa kehidupan manusia itu berjalan dari alam rahim hingga alam akhirat.

Kesalahan kita terkadang menjadikan profesi atau peran-peran yang kita inginkan sebagai visi misi hidup. Padahal profesi dan peran tersebut kedudukannya hanyalah wasilah semata menuju tujuan ibadah tadi.

Jadi, visi misi kita adalah ibadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya. Sikap kita sebagai manusia muslim seharusnya adalah memahami, meyakini, dan menyadarinya setiap saat hingga menjadi pengarah bagi hidup kita. Bukan lagi mencari dan memformulasikannya.

Kedua, soal umur manusia. Umur itu dikatakan misteri. Tidak satupun manusia yang tahu jadwal kematiannya kecuali Allah swt.

Di antara hikmahnya adalah agar setiap saat kita bersiap menghadapi masa pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. Untuk itu sikap seorang muslim seharusnya hanya menentukan umur efektif.

Satu-satunya cara mengefektifkan umur kita adalah dengan mengukur satu satuan waktu dengan (paling minimal) satu amal.

Sehingga yang kita harapkan terjadi pada kehidupan setiap manusia muslim adalah menjalankan visi misi hidupnya yakni ibadah dengan efektif.